3 Mitos Kehamilan ini Masih Dipercaya, No 1 Paling Banyak

Blogs ● 3 Mitos Kehamilan ini Masih Dipercaya, No 1 Paling Banyak


Mumsandbabes -

Diposting : 30 Jan 2018

Namanya ibu hamil, pasti rajin mencari-cari informasi tentang kehamilan. Ada banyak cara yang bisa dijadikan rujukan. Mulai mengikuti saran dokter yang ilmiah, saran-saran simpang siur yang cuma “katanya”, sampai resep hamil warisan turun-temurun.

Memang, sebagian pendapat itu ada yang benar, tapi ada juga yang hanya mitos. Sayangnya, masih banyak ibu hamil yang percaya dengan berbagai mitos tersebut.

1. Usia Janin di Dalam Kandungan adalah 9 Bulan

Banyak Moms yang percaya, usia kehamilan adalah 9 bulan mutlak. Padahal, kalau ditanya atau hitung, berapa orang sih yang sejak dinyatakan hamil hingga melahirkan rentangnya 9 bulan 10 hari alias 36-37 minggu. Padahal, boleh jadi tidak sesuai dengan waktu tersebut, alias meleset dari Hari Prakiraan Lahir (HPL).

Ingat, perkiraan tetap perkiraan dan bukan sebuah kepastian. Hanya 1 di antara 20 wanita yang melahirkan tepat pada tanggal yang diperkirakan. Sementara sebagian besar justru melahirkan seminggu sebelum atau sesudah tanggal perkiraan tersebut. Bahkan sebuah studi menyebutkan, hamil di usia 39 minggu lebih (mendekati 10 bulan) lebih baik. Meski di usia 37-41 minggu organ-organ tubuh bayi sudah matang namun bayi yang dilahirkan di usia 39 minggu ke atas lebih sehat dan kuat.

"Selama ini kita mengira di usia 37-41 minggu bayi sama kondisinya, ternyata berbeda. Kehamilan adalah sebuah proses kesatuan, karena itu mempercepat persalinan tanpa alasan medis yang kuat adalah kesalahan," kata Alan Fleischman, direktur medis dan peneliti seperti dikutip kompas.com

Jadi, usia kehamilan 9 bulan dan Hari Prakiraan Lahir bukan patokan mutlak, ya Moms

2. Saat Hamil, Moms Harus Makan Dua Kali Lipat

Banyak anggapan yang beredar, ibu hamial sebaiknya makan banyak, alias makan untuk berdua. Sering kali mendorong bumil untuk makan dalam porsi dua kali lipat. Alasannya karena ada janin yang ada di dalam kandungan. Jadi, selain memenuhi nutrisi untuk ibu hamil, juga memenuhi kebutuhan makan janin agar tumbuh kembangnya optimal.

Menurut dr. Eva Kurniawati, M. Gizi, SpGK. dari RS Pelni, mitos itu tidak benar. “Ada, loh, panduan kenaikan berat badan untuk Ibu yang sedang mengandung.”

Tolok ukurnya adalah indeks massa tubuh Ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh diperoleh dengan cara membagi berat badan Ibu dalam kg dengan tinggi badan Ibu dalam satuan m2. (IMT = BB (kg) / TB kuadrat (m2) ). Berikut panduannya:

  • Kalau IMT sebelum hamil <18,5 kg/m2 maka total kenaikan berat badan 12,71-18,16 kg dengan laju kenaikan berat badan rata-rata per minggu di trimester 2 dan 3 adalah sebesar 0,45 kg.
  • Kalau IMT sebelum hamil 18,5 – 24,9 kg/m2 maka total kenaikan berat badan 11,35 – 15,89 kg dengan laju kenaikan berat badan rata-rata per minggu di trimester 2 dan 3 adalah sebesar 0,45 kg.
  • Kalau IMT sebelum hamil 25-29,9 kg/m2 maka total kenaikan berat badan 6,81-11,35 kg dengan laju kenaikan berat badan rata-rata per minggu di trimester 2 dan 3 adalah sebesar 0,27 kg.
  • Sedangkan untuk Ibu dengan IMT sebelum hamil >= 30 kg/m2 maka total kenaikan berat badan 4,99-9,08 kg dengan laju kenaikan berat badan rata-rata per minggu di trimester 2 dan 3 adalah sebesar 0,23 kg.

Bagaimana cara memenuhi batasan kenaikan berat badan itu? Dokter spesialis gizi klinis tersebut tetap menyarankan prinsip diet sehat seimbang. “Ibu harus cukup nutrisinya baik zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral),” Eva menegaskan. Jadi makan untuk berdua kurang tepat ya Moms.

3. Mual Muntah Kerap Dianggap Gangguan dan Berdampak Negatif

Saat hamil, banyak Moms yang mengalami mual muntah. Bahkan, sampai 75% ibu hamil mengalami mual atau muntah pada trimester pertama. Namun, kebanyakan ibu sudah berusaha melakukan apa pun untuk menghindari mual selama berminggu-minggu, atau untuk mengakhiri muntah di pagi hari pada trimester pertama. Padahal, mual muntah sebenarnya memiliki manfaat bagi janin di dalam rahim. Sebab, mual selama kehamilan disebabkan oleh kebutuhan embrio akan zat yodium.

Penelitian yang dilakukan profesor biologi Scott Forbes, yang diterbitkan dalam Jurnal Evolution and Human Behavior, menunjukkan bahwa kehamilan adalah cara bagi embrio untuk mendapatkan akses terhadap yodium yang diperlukan. Untuk waktu yang lama, para ahli percaya mual kehamilan menjadi mekanisme perlindungan, untuk melindungi embrio yang tumbuh dari bahaya seperti racun atau bakteri.

Source : tabloid nakita



Our Brands

Lihat Semua




Follow Us





Top